Banyak orang tidak menyadari bahwa secanggih dan semewah apapun mobil yang dia gunakan, sesungguhnya mobil hanya bersentuhan dengan tanah dengan luas permukaan kontak sebesar telapak tangan manusia. Sebesar telapak tangan manusia! Bagian dari mobil yang melakukan fungsi tersebut adalah ban. Maka dari itu jangan sepelekan ban. Mari kita berkenalan lebih dekat lagi dengan ban.
Sebelum bangsa Sumeria menemukan roda, proses berpindah tempat membutuhkan banyak energi. Belum adanya sebuah bentuk geometri yang memiliki kemampuan bentuk untuk berpindah dengan sedikit energi yang diperlukan, membuat perkembangan peradaban manusia pun berjalan lambat. Hal tersebut berubah ketika roda ditemukan, semua hal berpindah menjadi lebih cepat, sehingga penemuan roda pun dianggap menjadi salah satu tonggak sejarah peradaban manusia, mungkin bisa disejajarkan dengan koneksi internet di masa sekarang yang membuat ruang jarak menjadi nyaris tiada arti bagi manusia saat ini.
Evolusi roda, menjadi yang kita tahu saat ini tidak bisa lepas dari si karet hitam yang dikenal dengan nama Ban. Entah siapa yang memulai menyebut ban, karena asal kata ban sebenarnya dari kata dalam bahasa inggris “Band” yang artinya sesuatu yang melingkari. Mungkin orang Indonesia salah mempersepsikan Rubber Band alias karet gelang yang diartikan gamblang menjadi ban karet, dan kemudian memakai istilah tersebut sebagai nama bagi sebuah komponen roda yang berwarna hitam ini. Anyway, ban kini menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia terutama dalah hal transportasi.
Ban, seperti kebanyakkan teknologi manusia, ditemukan bukan diciptakan. Entah apa yang sedang Tuhan lakukan sehingga Charles Goodyear menumpahkan sulfur ke atas getah karet eksperimennya sehingga dia berhasil menemukan sebuah proses yang bisa merubah sebuah getah karet yang kenyal dan lengket menjadi sebuah material yang elastis, dan multi fungsi seperti yang kita kenal sekarang ini. Sebuah ketidaksengajaan yang menjadikan Charles Goodyear diakui oleh sejarah sebagai penemu proses vulkanisasi (reaksi sulfur dalam rantai karbon karet). Nasib Charles Goodyear pun berubah, namanya kini identik dengan merk ban yang memakai logo sepatu bersayap milik Hermes, sang dewa pengantar wahyu dalam mitologi Yunani. Pasca penemuan tersebut, manusia kemudian banyak menggunakan karet sebagai bahan untuk meredam getaran, meningkatkan kenyamanan. Salah satu implementasinya adalah melapisi roda kayu temuan bangsa Sumeria dengan karet agar roda kayu tidak cepat rusak. Saat itu kenyamanan bukan sebuah aspek, hanya sebuah nilai lebih yang tidak disadari.
Dibutuhkan waktu yang cukup lama sekitar 20 tahun sejak Goodyear menemukan proses vulkanisasi ke tahun 1888. Tahun dimana ada seorang anak kecil yang gemar bermain sepeda. Kegemarannya mengayuh sepeda menghasilkan efek samping, dimana sang anak sering mengeluh sakit di persendian dan merasa tidak nyaman dengan alat transportasi kegemarannya itu. Sekali lagi, Tuhan memberikan inspirasi kepada manusia, lewat ayah dari anak tersebut. Sang ayah merupakan seorang ahli bedah, saat itu ia berpikir; “Bagaimana jika kantung karet yang ia pakai untuk mengukur tekanan darah pasiennya, dia pakai untuk melapisi roda kayu sepeda anaknya?” Eksperimen pun dia lakukan, dia copot karet yang melapisi roda sepeda anaknya, dia ganti dengan kantung karet miliknya, lalu dia bebat roda tersebut dengan perban, sehingga menyerupai ban luar dan ban dalam. Nama orang itu adalah John Dunlop, penemu ban pneumatic, atau ban dengan konstruksi ban dalam lalu ban luar. Evolusi si karet hitam pun berlanjut. Kini, aspek kenyamanan sudah menjadi sebuah parameter bagi transportasi manusia. Dengan ditemukannya banpenumatic, perjalanan menjadi lebih nyaman, komponen roda menjadi lebih awer, karena getaran diredam lebih baik.
Dengan ditemukannya ban yang berisi udara (penumatic tire) evolusi ban pun berlanjut. Ban tidak lagi sebuah karet pejal (ban mati) tapi berubah menjadi beberapa komponen, ban luar, ban dalam dan flap (selendang ban, istilah supir truk Indonesia). Struktur konstruksi ban pun berubah, ban pejal hanya sebuah output dari proses cetak karet. Kini ban harus memiliki tempat untuk ban dalam, dan harus mampu mempertahankan bentuk serta menjaga ban dalam. Maka dimulailah konstruksi ban dengan memperkuat karet dengan benang. Pada awalnya benang yang digunakan adalah benang kapas alias katun, dengan konstruksi ban yang kita kenal dengan ban bias. Untuk menghitung kekuatan ban, maka ditulislah angka seperti 14PR dst. Pada zaman benang kapas, 14PR berarti ada 14 lapisan benang kapas didalam ban tersebut, akan tetapi seiring perkembangan zaman, hadirnya material yang lebih kuat seperti nylon dan baja membuat definisi 14PR menjadi kekuatannya setara dengan 14 lapis benang kapas. Pada kenyataannya mungkin hanya 3 lapis benang nylon atau 2 benang lapis baja.
Ban bias? Apa itu? Pembuatan ban itu melalui proses beberapa lapisan yang dibentuk menjadi seperti donat. Ambil 4 buah kertas bujursangkar, lalu gambar garis vertikal sebanyak 10 buah di setiap kertas, lalu susunlah kertas tersebut dengan urutan sbb; kertas pertama miringkan ke kiri 45 derajat, kertas kedua diatas kertas pertama miringkan ke kanan 45 derajat, kertas ketiga diatas kertas kedua miringkan 45 derajat kekiri dan kertas keempat diatas kertas ketiga miringkan 45 derajat kekanan. Susunan garis vertikal yang bersilang seperti wajik itulah yang disebut konstruksi bias. 4 lembar kertas itulah yang akan disebut 4 PR (empat ply rating). Dalam ban bias, struktur dinding dan tapak ban adalah hal yang sama.
Ban bias ini ban yang kuat, karena konstruksinya yang saling silang, saling menguatkan. Akan tetapi konstruksi ini menghasilkan ban yang tidak fleksibel, karena sifatnya jadi cenderung rigid. Konstruksi saling silang di dinding ban juga menyebabkan panas timbul, maka dari itu ban bias tidak bisa digunakan dalam perjalanan yang berkesinambungan, setiap beberapa jam ban bias harus diistirahatkan karena panas yang timbul dari ban itu sendiri menimbulkan resiko pecah ban. Sebagai jawaban atas kelemahan ban bias, maka tahun 1953 perusahaan ban Prancis, Michelin mengenalkan konstruksi ban radial. Apa bedanya? sesuai namanya konstruksinya berbentuk radial. Kalau sebelumnya dalam contoh kertas kita membuat garis vertikal, maka kertas pertama garisnya berbentuk horizontal, dia akan menjadi dinding ban, tapak ban tetap saling silang. Perbedaan paling jelas adalah dalam ban radial, konstruksi dinding ban tidak sama dengan tapak ban.
Kurang jelas? lihat gambar diatas.
Ban radial menawarkan kenyamanan dan daya tahan. Di Indonesia ban radial mulai dijadikan standar passenger car di awal tahun 80 an. Dulu kalau belum pakai ban radial belum beken. Sekarang 100% mobil passenger car sudah menggunakan ban radial, sedangkan untuk truk, di Indonesia 95% masih menggunakan ban bias. Kenapa? ban bias lebih cocok untuk indonesian styleyang overload muatan dan melewati jalan yang penuh lubang.
Evolusi berikutnya datang dari velg, pabrik ban berpikir keras untuk mengurangi jumlah komponen roda, dan menghilangkan resiko kehilangan tekanan udara secara tiba tiba. Lalu dirubahlah bentuk velg. Awalnya bentuk hanya sepeti huruf U jika diiris. Penambahan lekuk pada dinding velg membuat ban bisa duduk lebih dalam di velg, dan membuat terjadinya kemungkinan udara bisa ditahan tanpa perlu adanya ban dalam. Maka lahirlah ban jenis tubeless. Keunggulan ban tubeless adalah tidak akan kehilangan udara secara tiba tiba jika tertancap sesuatu. Dengan catatan benda yang menancap tidak dicabut dari ban.
Velg tube type (kiri) dan tubeless (kanan)
Kini evolusi teknologi ban nyaris tidak terlihat oleh kasat mata. Yang membedakan adalah performa ban, yang secara umum diukur menjadi 3 hal, performa cengkeram, performa kenyamanan dan performa daya tahan. Hal tersebut tidak bisa anda dapatkan semuanya secara maksimal, harus ada kompensasi bila anda menginginkan salah satu performa dengan maksimal. Performa cengkeram meliputi, grip kering, grip basah, braking distance dan cornering grip (cengkeraman saat menikung). Performa kenyamanan meliputi, redam kejut dan low noise atau tidak berisik dan performa ketahanan adalah jarak tempuh yang bisa dilahap oleh ban. Memasuki era serba green, maka ditambahkanlah satu parameter lagi yaitu fuel consumption, performa ban terhadap konsumsi bahan bakar.
Bicara grip (cengkeram), orang sering bicara hard compound-soft compound. Kalau anda pembalap, ya anda akan dapat ban jenis hard atau soft atau mungkin intermediate. Bicara ban di pasaran umum? tidak ada hal itu. Performa ban anda dpt anda baca dari informasi angka di ban anda, 205/45 R18 90Z berarti lebar tapak 205mm, tinggi ban 45% dari 205mm R itu Radial 18 itu ukuran velg dalam inchi, 90 itu load index, dan Z itu speed index ban. Z berarti ban tersebut mampu digunakan hingga kecepatan 240 km/h selama 2 jam tanpa kehilangan performa. Grip-nya bagaimana? hanya anda yang bisa merasakan grip ban anda. Kenyataannya ban yang memiliki speed index Z tidak otomatis berarti ban tersebut mampu memberikan performagrip yang baik karena standard griptidak diatur. Performa grip ban hanya akan terasa saat kondisi ekstrim seperti kecepatan tinggi saat menikung, akselerasi saat basah dan pengereman mendadak. Hal yang sebenarnya anda hindari dan dicegah oleh peraturan lalu lintas. Maka dari itu pastikan pilihan ban anda yang terbaik saat anda mengalami kondisi tersebut. Berapa jarak pengereman ban anda? pernah anda cari tahu?
Saat ini kenyamanan menjadi faktor penting dalam memilih kendaraan, dulu mungkin asal punya kendaraan sudah oke. Sekarang kalau bisa nyaman kenapa tidak? Ban yang baik bisa memberikan redam kejut yang baik, dan tidak bising tanpa mengorbankan performa grip. Terkadang demi mendapatkan stabilitas, ban harus dibuat agak keras dindingnya, demi dapat membuang air saat basah, tapak ban dibuat sedemikian rupa bentuk kembangnya. Hal itu yang menyebabkan ban terasa keras dan berisik. Terasa keras, karena dinding ban dibuat lebih rigid untuk menjaga stabilitas, terasa bising karena udara yang terperangkap di kembang tapak ban beresonansi sedemikian kuat. Inilah yang menyebabkan beberapa ban jenis UHP alias Ultra High Performanceterasa keras dan berisik. Tapi ingat, estetika tapak ban tidak selalu sama dengan performa grip! Pernah lihat ban balap memiliki tapak ban eksotis? Stop berasumsi tapak ban yang terlihat keren akan memberikan grip yang baik.
Faktor Daya Tahan adalah faktor favorit orang Indonesia, gak perlu grip, berisik sedikit tidak apa apa, yang penting awet! Yang pasti, pabrik ban tidak mungkin memproduksi ban yang tahan sampai selamanya. Dan ukuran membuat ban akan aus dengan standar jarak tertentu, karena tinggi bagian tapak ban tidak mungkin dibuat sangat tebal. Jadi pabrik ban berkompetisi menjaga ketahanan ban dengan ketebalan tapak yang relatif sama. Teknologi yang dimiliki masing masing merk akan terlihat dari cara mereka mepertahankan grip dan comfort. Ada (satu) produsen ban yang mempunyai teknologi kompon silika sudah berhasil menciptakan ban yang best all around.Grip ok, comfort ok dan durability ok. Jika anda saat ini pembeli ban regular, dapat dipastikan ban anda akan unggul dalam salah satu faktor, faktor lain pasti terkompensasikan. Bagaimana mendapatkan ban yang best all around? Simple, beli ban premium. Setiap brand punya line up premium. Ada uang ada kualitas.
Evolusi paling mutakhir dari ban adalah memberikan kontribusi kepada dunia, menjadi lebih ramah lingkungan. Lho kok ban bisa ikutan? Ya bisa. Tahukah anda dalam mengelinding ban tentunya menemui hambatan atau resistance. Bahkan saat mobil anda bergerak pun akan mengalami hambatan. Pabrik mobil fokus dalam aerodinamika untuk meminimalkan hambatan udara, mengefisienkan ruang bakar dan meringankan bobot kendaraan tanpa mengurangi aspek keamanan. Tapi sesungguhnya hambatan terbesar yang diterima oleh sebuah kendaraan saat bergerak adalah rolling resistance yang dialami oleh ban. Maka dari itulah produsen ban menciptakan ban yang memiliki rolling resistance coefficientrendah (Low RRC). Semakin rendah koefisien hambatan, maka semakin sedikit energi yang dibutuhkan untuk bergerak, maka semakin sedikit bahan bakar yang diperlukan. Kalau anda peduli akan konsumsi bahan bakar anda, pilihlah ban jenis ini. Biasanya dia diberi nama yang hijau seperi energy, **save, eco dll. Ban dengan low RRCmampu memberikan fuel saving sampai 8%. Cara paling mudah untuk mengetahui ban yang memiliki Low RRCadalah, ambil dua ban, gelindingkan pada permukaan yang sama dan dengan kekuatan dorong yang sama. Ban yang memiliki low RRC akan menggelinding lebih jauh. Awas! banyak ban mengaku Low RRC tapi mengkompensasi performa grip secara drastis. Pilihlah dengan bijak!
So sesuai judul, ban memang gelap, tapi mudah mudahan setelah membaca tulisan ini menjadi terang adanya. Jadi pastikan anda memilih ban dengan pemikiran yang matang, teknologi ban yang canggih menyebabkan biaya riset menjadi tinggi. Hal inilah yang membuat beberapa ban memiliki harga yang sangat mencolok. Tentunya dalam harga tersebut juga terdapat biaya marketingdan pricing strategy karena brand positioning.
Invest your money smart in tires so you can get better driving experience and safety!
Posted on: 31/03/2015, by : Arya Subrata-BPF060